Salah satu kelompok yang melakukan penyerangan di Kota Marawi Filipina adalah kelompok Maute.
Nama kelompok militan ini diambil dari nama dua pendirinya, yakni kakak-adik Omarkhayam Maute dan Abdullah Maute yang berasal dari daerah itu.
Salah satu pendiri Maute, Omarkhayam Maute atau Omar Maute, memiliki seorang istri yang merupakan warga Indonesia.
Wanita itu adalah Minhati Madrais yang merupakan warga Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi.
“Mimin (panggilan Minhati) menikah dengan Omar (Maute) di Kairo pada (tahun) 2003 saat kuliah mereka belum selesai,” ujar suami dari sepupu Minhati, Dadang (50), saat diwawancarai di kediamannya di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Selasa (14/6/2017) siang.
Dia mengatakan, Minhati adalah putri pertama dari KH Madrais Hajar yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal Babelan Bekasi.
Mereka bertemu saat sedang melakukan studi di Kairo dan melangsungkan pernikahan di sana.
Saat Minhati menikah dengan Omar, keluarga dari pihak perempuan yang menghadiri pernikahan tersebut hanya KH Madrais dan istrinya.
Dadang menduga, anggota keluarga lainnya tidak menghadiri pernikahan mereka di Mesir karena masalah biaya.
Setelah menikah, Minhati dan Omar tinggal di Kairo hingga 2010 sambil melanjutkan kuliah dan akhirnya dipaksa untuk kembali ke Indonesia.
Minhati dan Omar pun kembali ke Indonesia pada 2010. Namun, mereka ke Filipina terlebih dahulu. KH Madrais pun menyusul mereka ke Filipina.
“Setelah menikah di Kairo, sebelum ke Indonesia, mereka pulang dulu ke Filipina. Pak Haji (KH Madrais) lalu menyusul ke Mindanao untuk menjenguk besan (keluarga Omar) sebelum mereka kemudian ke Babelan (Bekasi),” kata Dadang.
Ia juga menyampaikan, kembalinya KH Madrais dari Filipina ke Indonesia saat itu tidak bersama Manhati dan Omar.
Sejak Minhati dan Omar kembali ke Indonesia pada 2010, mereka tinggal bersama di rumah orangtua Minhati di Desa Buni Bakti hingga tahun 2011. Hingga saat, ini kabarnya Minhati dan Omar memiliki lima orang anak.
0 Komentar