IPB Santuni 1,400 Yatim Dan Dhuafa

 Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menyelenggarakan kegiatan sosial dengan tajuk “Berbagi Kebahagiaan dengan Anak Yatim & Dhuafa”. Kegiatan tersebut diadakan   di Masjid Al-Hurriyyah, kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Selasa (13/6).
“Ramadhan tahun ini santunan diberikan kepada 1.400 putraputri pegawai serta anak yatim dan dhuafa yang berasal dari 17 desa/kelurahan lingkar kampus IPB. 

Hartoyo menambahkan, selain sebagai sarana silaturahim dengan 17 desa/kelurahan binaan IPB, kegiatan tahunan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak kepada Alquran. Hadir pada kesempatan ini sebagai narasumber Kak Iki Yosan dari Kampung Cerita menyampaikan tausiyah. Hadir pula Rektor Prof  Dr  Ir  Herry Suhardiyanto MSc.

Tak ketinggalan, kepala desa/lurah dari 17 desa/kelurahan lingkar kampus, kapolsek Darmaga, serta perwakilan walikota dan perwakilan bupati Bogor.  “Dengan kegiatan ini diharapkan anak-anak di lingkar kampus IPB bisa tumbuh dengan mencintai Alquran, sehingga anak-anak memiliki bekal ilmu agama untuk dewasa kelak,” tutur Hartoyo.
Ia menyebutkan, sumber dana kegiatan santunan ini berasal dari infak dan sedekah  civitas akademika IPB. Pada tahun ini dana yang terkumpul berkisar Rp 376 juta. 

Santunan yang diberikan kepada anak yatim dan dhuafa berupa uang tunai dan bingkisan dengan total nilai per anak mendapat Rp 260 ribu. “Santunan ini terbagi dalam uang tunai senilai Rp 200 ribu  dan senilai Rp 60 ribu  dalam bentuk bingkisan,” tuturnya.

Hartoyo menyebutkan, dalam kesempatan tersebut,  anak-anak juga diberikan edukasi seksual melalui permainan edukasi bernama Selendank (Snakes and Ladder Education Game for Kids). Adalah mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB), Citra Atrina Sari, Risyda Aulia, Ixananda Arcedia Renzy, Aris Kristianto dan Sabri Rahman Siregar yang membuat terobosan permainan edukasi ini sebagai bentuk prihatin akan kasus kejahatan seksual yang marak terjadi.

Materi pendidikan seksual pada anak ini dikemas dengan unik, sederhana, dan menyenangkan dalam bentuk permainan ular tangga. Dalam permainan ini para siswa sendiri yang menjadi pemain aktif dalam papan permainan yang didesain seluas 4,6 x 5,8 meter. Sesaat sebelum bermain, para siswa diberikan tayangan video singkat tentang pendidikan seksual untuk menambah pengetahuan dalam menjaga diri dari berbagai tindak kejahatan seksual.

Materi pendidikan seksual yang ringan dikemas dalam amplop di setiap kotak yang telah disediakan dan para siswa didampingi saat membaca materi tersebut. Sebagai variasi permainan, terdapat harta karun di beberapa kotak untuk menambah keseruan permainan. Harta karun tersebut bisa menguntungkan atau merugikan, misalnya pemain mendapat bonus satu kali lagi untuk melempar dadu, atau ada juga harta karun yang berisikan pemain harus mundur beberapa langkah, dan sebagainya.

Setiap kotak pada papan permainan didesain berwarna-warni dan terdapat gambar pakaian adat serta rumah tradisional berbagai provinsi di Indonesia. “Hal ini bertujuan untuk mengingatkan anak-anak akan budaya Indonesia yang beraneka ragam,” ujarnya.
Selain itu nama-nama provinsi dituliskan dalam bahasa Inggris. “Hal ini untuk mengajarkan dan membiasakan anak-anak berbahasa Inggris terutama di dunia yang semakin modern ini,” tuturnya.

Dengan permainan Selendank ini, kata Hartoyo, diharapkan dapat mengurangi angka kejahatan seksual pada anak, terciptanya generasi yang memiliki pengetahuan sejak dini tentang bahaya kejahatan seksual sehingga peluang mereka terjerumus ke dalam korban kejahatan seksual semakin kecil, serta terbentuknya watak serta karakter anak bangsa yang mencintai budaya Indonesia.

“Program ini juga diharapkan bisa dirasakan manfaatnya di seluruh Indonesia sebagai upaya preventif kejahatan seksual pada anak,” papar Hartoyo.

Posting Komentar

0 Komentar