Jagat raya sangat luas. Di sisi lain, jangkauan manusia sangat terbatas. Karena itu, banyak misteri belum terungkap. Salah satunya 'pesan rahasia' dari luar angkasa.
Para ilmuwan menamakan pesan rahasia itu Fast Radio Bursts (FRB) atau ledakan (gelombang) radio cepat. Jumat (12/5/2017) lalu, sejumlah media melaporkan kemunculan FRB. Pihak pertama yang mendeteksi adalah Observatorium Parkes Australia yang terletak di New South Wales.
Tak ada yang tahu asal sumber gelombang tersebut. Juga makna di baliknya.
Sebetulnya, bukan kali ini saja pesan rahasia itu terdengar. CNN dalam edisi 6 Januari 2017 melansir FRB telah menyita perhatian sejak tahun 2001. Para ilmuwan dari berbagai negara beramai-ramai memantau melalui teleskop dan alat-alat canggih.
Hingga saat ini, 18 FRB terdeteksi. "Gelombang radio ini mengandung energi besar sehingga terasa atau terlihat dari jarak 3 juta cahaya," sebut ilmuwan Universitas Cornell, Shami Chatterjee.
Tahun berganti tahun. Misteri gelombang tersebut belum terungkap. Berbagai spekulasi berkembang. Apakah gelombang itu dipancarkan oleh alien atau makhluk luar angkasa? Apakah itu bahasa mereka? Kalau iya, apa artinya? Apakah mereka mengajak kita berkomunikasi?
Pada tahun 2012, ilmuwan Universitas Cornell mendeteksi satu sinyal yang seolah diulang-ulang. Setelah mengeksplorasi angkasa selama 50 jam, mereka mampu melacak sumber gelombang tersebut. Alien dan pemikiran di luar nalar tak masuk dalam daftar penjelasan.
"Kami pikir itu adalah bintang neutron yang baru lahir di sisa Supernova. Energi tersebut menciptakan sinyal atau gelombang yang sampai ke Bumi," kata Chatterjee.
Sebagaimana diketahui, Supernova adalah energi besar ledakan galaksi yang menjadi salah satu teori terbentuknya bumi dan galaksi Bima Sakti. Diyakini, hingga saat ini, ledakan itu masih terus terjadi.
Selain Supernova, para ilmuwan juga mencurigai Lubang Hitam (galaksi) sebagai sumber FRB. Menurut ilmuwan, ledakan di Lubang Hitam memancarkan gelombang dan cahaya dalam kecepatan yang mengagumkan.
Sayangnya, penjelasan di atas boleh dibilang bukan kesimpulan akhir. Ilmuwan Observatorium Nasional Astronomi dan Radio, AS, Bryan Butler, tak sependapat. Ia menilai Supernova dan Lubang Hitam tak cocok untuk mendiagnosa sinyal FRB.
"Ini (sinyal FRB) kemungkinan berbeda. Gelombang itu terus berulang (terjadi beberapa kali),"
0 Komentar