Di tengah meningkatnya isu intoleransi di Indonesia, ratusan pemuda gereja dan remaja masjid di Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, berkomitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Aksi yang mengambil momentum Kebangkitan Nasional 20 Mei 2017 tersebut diikuti oleh KNPI Minahasa, Gerakan Pemuda Minteng, Ormas Adat Puser In Tana, Gerakan Pemuda Ansor, Pemuda Remaja Masjid Kawangkoan, Pemuda Remaja Gereja Masehi Injili di Minahasa, serta sejumlah pemuda gereja lainnya.
"Segenap komponen anak bangsa, khususnya tou (orang) Minahasa, mari tetap menjadikan NKRI harga mati. Mari dukung kinerja unsur penegak hukum, TNI, Polri, dan KPK serta hukum jangan tumpul ke atas, tajam ke bawah," kata Ketua KNPI Minahasa Theo Umbas.
Malam itu, selain berbaur bersama dengan organisasi dari berbagai latar keagamaan, juga dinyanyikan lagu-lagu dari berbagai agama, sehingga menambah kuat semangat kebinekaan.
"Kami memang hidup di tengah mayoritas umat Kristiani. Tapi selama ini, tidak pernah ada perbedaan atau gesekan karena sentimen agama," ujar Ahmad Syarif, Pemuda Remaja Masjid Kawangkoan yang ikut dalam aksi itu.
Dia mengatakan, komunitas muslim di Kawangkoan Minahasa terkonsentrasi di Kelurahan Kinali dan Sendangan, khususnya di Kompleks Madrasah Aliyah. Namun, komunikasi antarumat beragama berjalan dengan baik.
"Kami juga terlibat dalam kegiatan pemerintahan, termasuk aksi pemuda lintas agama seperti ini," ujar Ahmad.
Para peserta kemudian berjalan kaki dari kantor Camat Kawangkoan menuju Terung Paliusan Kawangkoan melewati Monumen Pers Frans Bert Mendur, Tugu Kacang Kawangkoan, dan Monumen Lapian-Taulu. Mereka juga menyalakan lilin perdamaian dan membacakan tujuh poin deklarasi damai.
Poin tersebut antara lain komitmen untuk menjaga NKRI, Pancasila sebagai dasar negara serta menolak kehadiran ormas radikal berbalut agama yang bisa memicu disintegrasi bangsa.
0 Komentar