Sri Mulyani meninggalkan karier sebagai Managing Director di World Bank untuk mengemban tugas sebagai menteri keuangan dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo. Majalah ekonomi yang berbasis di Hong Kong, Finance Asia, menobatkan Sri Mulyani Indrawati sebagai menteri keuangan terbaik di Asia. Sosok perempuan berusia 54 tahun ini memang dikagumi karena kinerjanya. Belum sampai setahun menjalankan tugas sebagai menteri keuangan, menteri yang akrab disapa Ani ini telah melakukan sejumlah langkah berani.
Perempuan yang pernah menduduki jabatan sebagai menteri keuangan pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini pernah berjanji menaikkan rasio pajak karena pada 2015, dari 260 juta penduduk, hanya ada 10 juta wajib pajak. Selain itu, penghapusan korupsi menjadi target utama Sri Mulyani. Karena itu, ketika kembali menjabat sebagai menteri keuangan pada Kabinet Kerja, ia menjalankan program pengampunan pajak (tax amnesty). Program ini berhasil membuat beberapa tokoh, di antaranya Tommy Soeharto dan Aburizal Bakrie, mengembalikan asetnya ke Indonesia.
Kemudian, Sri Mulyani memutus hubungan kemitraan dengan JP Morgan. Beberapa waktu sebelumnya, lembaga keuangan internasional JP Morgan mengeluarkan riset terkait dengan hasil pemilu di Amerika Serikat. Dalam riset tersebut disebutkan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika membuat pasar keuangan dunia bergejolak, terutama di negara-negara berkembang.
Berdasarkan hal tersebut, JPMorgan kemudian memangkas peringkat surat utang atau obligasi Indonesia darioverweight menjadi underweight atau turun dua peringkat. Atas peringkat Indonesia yang turun drastis, JP Morgan menyarankan para investor membeli surat utang dari negara lain yang peringkatnya lebih baik.
Sri Mulyani merespons langkah JP Morgan tersebut dengan memutus hubungan kemitraan. Langkah berani menteri keuangan tersebut sempat mendapat kritik dari beberapa pihak. Salah satunya Alan Richardson, yang merupakan manajer investasi di Samsung Asset Management Ltd di Hong Kong. Alan menyebut Sri Mulyani frustrasi dengan sejumlah target reformasi struktural yang diembannya. Meski demikian, Sri Mulyani tetap kukuh dengan pendiriannya.
Belajar nasionalisme dari Sri Mulyani
Bila dipikir-pikir, sebenarnya Sri Mulyani sudah menjalani karier yang baik sebagai Managing Director World Bank. Gajinya di sana pun terbilang fantastis, mencapai US$ 409,950 atau Rp 5,4 triliun pada 2015. Sedangkan sebagai menteri keuangan, Sri Mulyani digaji US$ 16.500 atau sekitar Rp 220 juta setahun. Namun perempuan berkacamata ini tetap yakin kembali ke Indonesia, lalu bekerja lebih keras, mengambil langkah-langkah berani untuk memperbaiki perekonomian Indonesia. Apa sebabnya?
Menurut laporan Bloomberg, Nining, kakak Sri Mulyani, menyebut satu-satunya alasan Sri Mulyani kembali ialah rasa nasionalisme. Ia punya rasa cinta yang begitu mendalam terhadap Tanah Air. Sementara itu, salah satu senior Sri Mulyani di John Hopkins University dan International Monetary Fund (IMF), John Lipsky, mengatakan Ani adalah orang yang cerdas. Ia mampu melihat inti permasalahan, lalu menemukan solusi terbaik atas masalah itu.
Sosok Sri Mulyani dapat menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan muda Indonesia masa kini. Untuk bisa menjadi perempuan yang berpengaruh dan dikagumi, jadikanlah kecerdasan, keberanian, dan kemauan untuk bekerja demi kepentingan Tanah Air sebagai modal utama.
0 Komentar